Selasa, 27 Maret 2012

Teori dan Artikel mengenai Penderitaan

Teori


Penderitaan berasal dari kata derita. Kata derita berasal dari bahasa sansekerta dhra artinya menahan atau menanggung. Derita artinya menanggung atau merasakan sesuatu yang tidak menyenangkan. Penderitaan dalam kehidupan manusia sering terjadi seiring berkembangnya kehidupan manusia tersebut. Semakin berkembangnya kehidupan manusia makan akan semakin kompleks juga penderitaan yang akn di hadapi manusia.

 Penderitaan termasuk realitas manusia dan dunia. Intensitas penderitaan bertingkat-tingkat semakin tinggi intensitas semakin berat juga penderitaan yang di alami oleh manusia tersebut. Namun peranan individu juga menentukan berat-tidaknya intensitas penderitaan. Suatu peristiwa yang dianggap penderitaan oleh seseorang belum tentu merupakan penderitaan bagi orang lain. Dapat pula suatu penderitaan merupakan energi untuk bangkit kembali bagi seseorang, atau sebagai langkah awal untuk mencpai kenikmatan dan kebahagiaan.

Artikel

alt
Wang Yue kecil meninggal pada 21 Oktober 2011 lalu, namun isu yang terangkat oleh kehidupannya yang singkat itu tidak akan berlalu begitu saja.

Pada 13 Oktober 2011, Wang Yue, yang dipanggil Yue Yue oleh orangtuanya, pertama-tama ditabrak oleh sebuah minivan dan kemudian sebuah truk pickup. Video dari kamera pengintai menunjukkan ia terbaring di atas darahnya sendiri selama tujuh menit sementara 18 orang melewatinya dengan berpura-pura tidak melihatnya.

Video ini, mewabah di kalangan Internet China, telah menyebabkan diskusi terbesar yang pernah ada di kalangan netizen dan juga di media pemerintah, tentang bagaimana merosotnya moralitas di China. Bahwa para netizen dan media pemerintah memiliki pandangan yang sama adalah sesuatu yang tidak biasa.

Tetapi diskusi tentang kemerosotan moral yang sederhana itu terlewatkan kecuali mereka mempertimbangkan pertanyaan, mengapa? Mengapa kemerosotan moralitas di China sangatlah sedikit dibahas?

Kisah Seorang Pemulung Sampah

Orang ke-19 yang mendatangi Yue Yue di gang itu adalah seorang wanita setengah baya bernama Chen Xianmei, yang sedang membawa sebuah karung goni yang ia gunakan untuk mengais sampah yang mungkin masih bisa didaur ulang. Chen menarik Yue Yue keluar dari jalan dan berteriak minta tolong sampai ibu Yue Yue, Chen berlarian datang.

Seseorang yang diidentifikasi sebagai Lin, yang dikatakan seorang profesor sejarah di Universias Normal Harbin, membuat komentar tentang Chen yang telah diteruskan berkali-kali di Weibo, microblog China.

"Mengapa Chen Xianmei membantu Yue Yue? Itu sama sekali bukan sebuah kecelakaan,” mengutip perkataan Lin. “Itu adalah benar-benar karena dia kurang pendidikan. Dia tidak membaca banyak buku teks, tidak memiliki waktu untuk membaca koran, tidak belajar teori [di China, “belajar teori” berarti mempelajari teori komunis], belum secara rela menerima propaganda, belum dirubah pandangannya terhadap dunia. Hasilnya adalah ia telah menyimpan hati nuraninya."

Tidak peduli siapa penulis komentar itu sebenarnya – seseorang bernama Lin atau orang lain – tapi ia menunjuk ke permasalahan paling mendasar: Alasan sebenarnya dibalik ketidakpedulian terhadap Yue Yue adalah budaya komunis. Itu adalah dipengaruhi oleh budaya Partai Komunis China (PKC), standar moral satu-satunya yang dapat dimiliki seseorang telah hilang.

Karena ia membantu Yue Yue, kehidupan Chen telah menjadi sulit.

Pertama adalah datang perhatian dari kantor PKC lokal. Kantor Peradaban dari Distrik Nanhai dan Kotamadya Dali, masing-masing memberinya 10.000 yuan (1.564 dolar AS). Dia menolak menerima uang itu, dan mengatakan bahwa ia hanya melakukan apa yang harus ia lakukan. Tapi para pejabat bersikeras dan hampir memaksanya untuk mengambil uang itu.

Lalu datanglah media. Foshan Daily, surat kabar resmi PKC Komite Foshan, menerbitkan sebuah artikel dengan judul, “Momen itu, Dia Membuat Foshan Bangga.” Setelah itu, seseorang di Internet dan tetangganya mulai menudingnya, mengatakan bahwa dia hanya membantu Yue Yue karena menginginkan ketenaran dan uang.

Lelah dengan kunjungan terus menerus dari Partai dan pejabat negara, perhatian dari media, yang kebanyakan merupakan corong partai, dan tudingan tetangga, Chen memutuskan untuk meninggalkan kota dan kembali ke kota kelahirannya, berharap untuk mendapatkan privasi dan istirahat dengan tenang.

Chen tidak sendirian dalam pengalaman ini. Di China sekarang, siapa pun yang melakukan sesuatu yang baik akan segera menjadi magnet bagi penghargaan, forum, wawancara media, dan inklusi pada daftar model moral.

Kata-katanya akan dikutip bahkan mungkin dia tidak pernah memikirkan bahwa kata-kata itu akan dikaitkan dengan dirinya. Partai akan sangat bersemangat untuk mengklaim kredit, mengatakan bahwa perbuatan baik itu adalah hasil dari “peradaban spiritual sosialis.”

Orang tersebut akan diberi label sebagai peran model standar moral sosialis. Dia akan banyak mengatakan kata-kata yang ia tidak ingin katakan dan muncul di banyak tempat yang tidak ia inginkan. Dia bukan milik dirinya sendiri lagi. Dia menjadi milik Partai dan menjadi bagian dari mesin propaganda.

Penghargaan uang adalah mutlak diperlukan, melalui ini, Partai mengambil kredit. Selain itu bagi para pejabat Partai, yang mengklaim diri sebagai materialis, uang mungkin satu-satunya yang terpikirkan sebagai hadiah untuk sebuah perbuatan baik.

Seseorang tidak mempunyai kuasa untuk menolak uang itu, seperti halnya Chen Xianmei. Ini menjelaskan salah satu alasan mengapa tidak ada seorang pun yang ingin menjadi pahlawan di China. Siapa yang ingin menjadi alat Partai?

http://erabaru.net/opini/65-opini/28181-kematian-seorang-anak-penderitaan-sebuah-bangsa-dan-kebudayaan-sebuah-partai
http://djuriatun.blogspot.com/2011/06/pengertian-penderitaan.html

Nama : Muhammad Ramadhansyah
NPM : 54411931
Kelas : 1IA07

Tidak ada komentar:

Posting Komentar