Selasa, 27 Maret 2012

Pendapat mengenai Penderitaan

   Penderitaan adalah sebuah keadaan yang dimana sesuatu tidak seperti yang kita harapkan ,dan hal itu berupa keburukan .Semua orang pasti akan mendapatkan cobaan .Dan semakin tinggi iman seseorang maka akan semakin besar pula cobaan yang akan dihadapinya .
  Memang betapa pahitnya sebuah penderitaan itu, bahkan ada orang yang sampai bunuh diri akibat penderitaan yang diterimanya .Ketahuilah bahwa bunuh diri tak membuat kita lepas dari penderitaan ,sebab Allah tidak suka dengan bunuh diri .
   Carilah solusi untuk menyelessaikan masalah yang ada ,namun bukan dengan bunuh diri .Jika hati kita selalu dekat dengan Sang Maha Kuasa maka Allah pun akan membantu kita menyelesaikan setiap masalah kita.
   Ketahuilah bahwa orang besar pun tak pernah lepas dari penderitaan .Namun mereka tak pernah mau menyerah dengan setiap masalah yang ada .Mereka selalu ingin bangkit dari keterpurukannya ,sebab mereka menyadari bahwa tak ada manusia yang lepas dari penderittan .Mereka menjadikan sebuah penderittan sebagai motivasi untuk bangkit agar hidup mereka lebih baik dari sebelumnya .
   Bersyukurlah bisa dihidupkan kedunia ini oleh Sang Khaliq .Sehingga kita bisa mengetahui tentang dunia ini dan jangan sia-siakan kehidupan yang diberikan oleh Allah.

Teori dan Artikel mengenai Penderitaan

Teori


Penderitaan berasal dari kata derita. Kata derita berasal dari bahasa sansekerta dhra artinya menahan atau menanggung. Derita artinya menanggung atau merasakan sesuatu yang tidak menyenangkan. Penderitaan dalam kehidupan manusia sering terjadi seiring berkembangnya kehidupan manusia tersebut. Semakin berkembangnya kehidupan manusia makan akan semakin kompleks juga penderitaan yang akn di hadapi manusia.

 Penderitaan termasuk realitas manusia dan dunia. Intensitas penderitaan bertingkat-tingkat semakin tinggi intensitas semakin berat juga penderitaan yang di alami oleh manusia tersebut. Namun peranan individu juga menentukan berat-tidaknya intensitas penderitaan. Suatu peristiwa yang dianggap penderitaan oleh seseorang belum tentu merupakan penderitaan bagi orang lain. Dapat pula suatu penderitaan merupakan energi untuk bangkit kembali bagi seseorang, atau sebagai langkah awal untuk mencpai kenikmatan dan kebahagiaan.

Artikel

alt
Wang Yue kecil meninggal pada 21 Oktober 2011 lalu, namun isu yang terangkat oleh kehidupannya yang singkat itu tidak akan berlalu begitu saja.

Pada 13 Oktober 2011, Wang Yue, yang dipanggil Yue Yue oleh orangtuanya, pertama-tama ditabrak oleh sebuah minivan dan kemudian sebuah truk pickup. Video dari kamera pengintai menunjukkan ia terbaring di atas darahnya sendiri selama tujuh menit sementara 18 orang melewatinya dengan berpura-pura tidak melihatnya.

Video ini, mewabah di kalangan Internet China, telah menyebabkan diskusi terbesar yang pernah ada di kalangan netizen dan juga di media pemerintah, tentang bagaimana merosotnya moralitas di China. Bahwa para netizen dan media pemerintah memiliki pandangan yang sama adalah sesuatu yang tidak biasa.

Tetapi diskusi tentang kemerosotan moral yang sederhana itu terlewatkan kecuali mereka mempertimbangkan pertanyaan, mengapa? Mengapa kemerosotan moralitas di China sangatlah sedikit dibahas?

Kisah Seorang Pemulung Sampah

Orang ke-19 yang mendatangi Yue Yue di gang itu adalah seorang wanita setengah baya bernama Chen Xianmei, yang sedang membawa sebuah karung goni yang ia gunakan untuk mengais sampah yang mungkin masih bisa didaur ulang. Chen menarik Yue Yue keluar dari jalan dan berteriak minta tolong sampai ibu Yue Yue, Chen berlarian datang.

Seseorang yang diidentifikasi sebagai Lin, yang dikatakan seorang profesor sejarah di Universias Normal Harbin, membuat komentar tentang Chen yang telah diteruskan berkali-kali di Weibo, microblog China.

"Mengapa Chen Xianmei membantu Yue Yue? Itu sama sekali bukan sebuah kecelakaan,” mengutip perkataan Lin. “Itu adalah benar-benar karena dia kurang pendidikan. Dia tidak membaca banyak buku teks, tidak memiliki waktu untuk membaca koran, tidak belajar teori [di China, “belajar teori” berarti mempelajari teori komunis], belum secara rela menerima propaganda, belum dirubah pandangannya terhadap dunia. Hasilnya adalah ia telah menyimpan hati nuraninya."

Tidak peduli siapa penulis komentar itu sebenarnya – seseorang bernama Lin atau orang lain – tapi ia menunjuk ke permasalahan paling mendasar: Alasan sebenarnya dibalik ketidakpedulian terhadap Yue Yue adalah budaya komunis. Itu adalah dipengaruhi oleh budaya Partai Komunis China (PKC), standar moral satu-satunya yang dapat dimiliki seseorang telah hilang.

Karena ia membantu Yue Yue, kehidupan Chen telah menjadi sulit.

Pertama adalah datang perhatian dari kantor PKC lokal. Kantor Peradaban dari Distrik Nanhai dan Kotamadya Dali, masing-masing memberinya 10.000 yuan (1.564 dolar AS). Dia menolak menerima uang itu, dan mengatakan bahwa ia hanya melakukan apa yang harus ia lakukan. Tapi para pejabat bersikeras dan hampir memaksanya untuk mengambil uang itu.

Lalu datanglah media. Foshan Daily, surat kabar resmi PKC Komite Foshan, menerbitkan sebuah artikel dengan judul, “Momen itu, Dia Membuat Foshan Bangga.” Setelah itu, seseorang di Internet dan tetangganya mulai menudingnya, mengatakan bahwa dia hanya membantu Yue Yue karena menginginkan ketenaran dan uang.

Lelah dengan kunjungan terus menerus dari Partai dan pejabat negara, perhatian dari media, yang kebanyakan merupakan corong partai, dan tudingan tetangga, Chen memutuskan untuk meninggalkan kota dan kembali ke kota kelahirannya, berharap untuk mendapatkan privasi dan istirahat dengan tenang.

Chen tidak sendirian dalam pengalaman ini. Di China sekarang, siapa pun yang melakukan sesuatu yang baik akan segera menjadi magnet bagi penghargaan, forum, wawancara media, dan inklusi pada daftar model moral.

Kata-katanya akan dikutip bahkan mungkin dia tidak pernah memikirkan bahwa kata-kata itu akan dikaitkan dengan dirinya. Partai akan sangat bersemangat untuk mengklaim kredit, mengatakan bahwa perbuatan baik itu adalah hasil dari “peradaban spiritual sosialis.”

Orang tersebut akan diberi label sebagai peran model standar moral sosialis. Dia akan banyak mengatakan kata-kata yang ia tidak ingin katakan dan muncul di banyak tempat yang tidak ia inginkan. Dia bukan milik dirinya sendiri lagi. Dia menjadi milik Partai dan menjadi bagian dari mesin propaganda.

Penghargaan uang adalah mutlak diperlukan, melalui ini, Partai mengambil kredit. Selain itu bagi para pejabat Partai, yang mengklaim diri sebagai materialis, uang mungkin satu-satunya yang terpikirkan sebagai hadiah untuk sebuah perbuatan baik.

Seseorang tidak mempunyai kuasa untuk menolak uang itu, seperti halnya Chen Xianmei. Ini menjelaskan salah satu alasan mengapa tidak ada seorang pun yang ingin menjadi pahlawan di China. Siapa yang ingin menjadi alat Partai?

http://erabaru.net/opini/65-opini/28181-kematian-seorang-anak-penderitaan-sebuah-bangsa-dan-kebudayaan-sebuah-partai
http://djuriatun.blogspot.com/2011/06/pengertian-penderitaan.html

Nama : Muhammad Ramadhansyah
NPM : 54411931
Kelas : 1IA07

Selasa, 20 Maret 2012

Kasih Sayang

Pendapat

Bicara mengenai Kasih sayang ,semua orang pasti memiliki rasa kasih sayang terhadap sesama mekhluk hidup karena satiap manusia memiliki perasaan .Orang jahat pun memiliki rasa kasih sayang ,namun terkadang orang lain tak pernah merasa bahwa orang jahat pun memiliki rasa kasih sayang .
 Seharusnya rasa kasih sayang itu dibudi dayakan agar kita dapat hidup dengan aman dan tentram dilingkungan sebab dengan adanya rasa kasih sayang kita jadi bisa saling menghargai .Kasih sayang membuat kita menjadi lebih tenang dan nyaman sebab kita mendapatkan kelembutan dan kenyamanan dari orang lain ,dengan begitu kita bisa lebih dewasa dalam menyikapi suatu hal sehingga tak akan ada yang namanya kekerasan.
Rasa kasih sayang juga membuat kita menjadi merasa bahwa kita tak pernah menyesal dilahirkan karena ternyata hidup itu indah dan sebuah nikmat yang tak dapat dibayar dengan apapun juga.

Nama : Muhammad Ramadhansyah
NPM : 54411931
Kelas : 1IA07

Teori dan Artikel Kasih Sayang

Teori


Kebutuhan pada tingkat ini lebih melihat pada unsur emosi yaitu rasa memiliki dan dimiliki, dicintai dan mencintai dan lainnya. Meskipun kebutuhan ini juga bisa muncul setelah kebutuhan dasar dan kebutuhan rasa aman terpenuhi, namun bisa saja orang ketika lapar akan mengesampingkan rasa akan cinta kasih sayang sebagai hal yang tidak penting.

Artikel



Yang manakah Anda, seorang pengasih ataukah seorang penyayang?
Yang manakah pula Anda, seorang kekasih ataukah seorang yang disayang?
Selanjutnya, lebih disukai yang manakah, disayangi atau dikasihi?

Pertanyaan-pertanyaan tersebut, saya ajukan kepada remaja, suatu kelompok
masyarakat yang demikian lekat dengan duet kata kasih-sayang.  Dalam pengamatan
sederhana saya; kata kasih-sayang telah sangat mendominasi perbincangan,
dinamika, sudut pandang dan aktivitas kehidupan remaja. Dalam salah satu edisi
curhat (curahan hati) sebuah radio di Bekasi, saya mendengar isak pilu seorang
putri remaja yang patah hati : "ustadz, hati saya hancur.  Saya tidak tahu
lagi, untuk apa hidup ini. Ingin rasanya saya mengakhiri hidup ini. ustadz....."
Dengan sembrono, saya menyimpulkan bahwa, dunia remaja hanya diwakili oleh dua
kata, yaitu kasih-sayang.

Sebenarnya, saya sangat berbahagia, ketika mengetahui bahwa banyak pribadi yang
memasuki masa pertanggung-jawaban (akhil-baligh), sangat dekat dan
mengeksplorasi rasa dan makna kata kasih-sayang.  Bukan kata yang lain seperti
uang, politik, jabatan, rumah dan lain sebagainya.  Itu juga artinya, secara
naluri mereka harus memiliki pemahaman yang benar dan kokoh atas pondasi
kehidupan ini.

Tapi, dari manakah sebenarnya mereka belajar tentang rasa, makna, pengertian
dan sudut pandang kata kasih-sayang?  Disini letak krusial sebenarnya.  Para
remaja tidak mendapatkan teladan, pengajaran, pendidikan, pengetahuan dan
bimbingan tentang kasih-sayang yang benar - dari orang tua, guru, pendidik,
LSM, pemerintah, konsultan, da'i, saudara atau teman dekatnya.  Mereka
dibiarkan mengeksplorasi diri secara liar tentang kasih-sayang.  Adalah tidak
mengherankan, lahirlah fenomena Valentine-days.  Sehingga adalah tidak
mengejutkan, ketika sudut pandang seks bebas bercampur manis dengan
kasih-sayang.

Sesuatu yang sedang dinikmati, tidak akan dicari.  Hanya sesuatu yang hilang,
yang berupaya keras dicari.

Saya menemukan, pada keluarga-keluarga yang dipimpin oleh ayah yang
berkasih-sayang, diarahkan oleh ibu yang berkasih-sayang; tidak ditemukan
serang remaja yang begitu haus akan kasih-sayang.  Remaja ini, tidak lagi
mencari kasih-sayang dipesta valentine, hingar bingar pesta ulang tahun,
semarak diskotik, kemeriahan tahun baru, asyik masyuk malam minggu dan
keramahan klub gaul.  Mereka telah menikmatinya setiap hari di rumah mereka.

Lihatlah para remaja gaul yang terjerembab dalam carut marut dunia malam, dunia
hiburan, lorong gelap narkotika, terseret pergaulan seks bebas, terpukaukan
hingar selebritas, terpenjara ikatan komunitas, terpasung dalam nafsu
keburukan, terhasut dalam kesemuan dan takjub dengan kepercayaan diri yang
aromatik.  Mereka dengan kalap dan tak beraturan, berhamburan seperti laron
mencari titik-titik cahaya di malam hari.  Beberapa mati tersengat panas api,
beberapa patah sayapnya, beberapa dimangsa unggas, beberapa terseret arus kali,
beberapa terinjak mati (seperti 11 orang remaja dalam pesta miras underground -
Gedung Asia Africa Cultural Centre Bandung).  Jadilah mereka yang sedang

berjalan limpung dalam kebingungan, disergap pemangsa berwajah keburukan.

Sahabat-sahabat milist yang baik,

Sebenarnya, mereka semua sedang mencari sesuatu yang hilang, yaitu kasih-sayang
sejati kehidupan.
Padahal mereka seharusnya menemukannya ditempat-tempat yang baik seperti
keluarga, sekolah, masjid dan lembaga-lembaga masyarakat.

Kasih sayang adalah pembangun kasih sayang. (Mario Teguh)

Untuk membangun kepribadian remaja yang berkasih-sayang, prasyarat utamanya
adalah pendidik yang berkasih-sayang. Siapakah pendidik mereka itu?

Seorang ayah-ibu, adalah pendidik terdekat mereka.  Kapankah Anda (ayah atau
ibu) menjadi pendidik kasih sayang yang meneladankan kasih-sayang di rumah,
sehingga mereka menjadikan rumah sebagai base-camp yang hangat, tempat yang
paling aman serta nyaman di dunia mereka?

Para pengemudi (bukan hanya sopir) di jalan raya, adalah pendidik mereka di
perjalanan.  Kapankah kita menjadi pendidikan yang inspiratif bagi mereka dalam
berkasih-sayang di perjalanan dengan menaati rambu-rambu dengan tertib, santun
pada penyeberang jalan, tertib dalam antrian, menjunjung tinggi etika
berkendara, berdialog santun dalam menyelesaikan perkara kecelakaan lalu
lintas, tidak menyogok aparat jika melanggar, tidak menghardik pada yang
tergesa, menjaga lisan dari sumpah serapah?

Para guru di sekolah, adalah pendidik profesional yang dipercaya.  Telah begitu
banyak orang tua yang memercayakan begitu saja pendidikan putra-putrinya kepada
guru-guru di sekolah.  Apakah Anda telah sangat tulus melihat keingintahuan
yang terbungkus cara kuno menarik perhatian - dengan kenakalan?  Apakah Anda
telah menilai dengan jujur dan menasihatkan upaya-upaya perbaikan dalam balutan
selimut hangat kasing-sayang?  Apakah Anda menebarkan dengan adil perhatian ke
seluruh siswa?  Apakah Anda melihat mereka sebagai tunas-tunas bangsa yang akan
mewarisi masa depan bangsa ini, bukan sebagai obyek kapitalisme ekonomi? 
Apakah Anda telah memastikan dalam wajah, sikap, bicara dan tatapan Anda;
terlihat jelas kasih-sayang yang meluluhkan hati?

Para pengurus DKM, pengurus RT, aparat pemerintah, birokrat adalah pendidik
yang mendapatkan kewenangan publik.  Apakah Anda telah meneladankan
bentuk-bentuk lembut, halus, tegas, berwibawa, kuat, simpatik; kepemimpinan
publik dan kebijakan program yang nuansa kasih-sayangnya demikian mudah
dirasakan?

Anda adalah pendidik lepas sebagai blogger, komentator, penulis; apakah telah
menjadikan rona kasih-sayang sebagai warna terkuat pesan-pesan Anda?  Apakah
pilihan kata-kata Anda adalah wakil-wakil perasaan kasih-sayang Anda yang
tulus, atau sekedar letupan emosi kasar ketidak-puasan?

Kita tidak akan pernah dapat menuntut perhatian dan kasih sayang ada pada
remaja, bila kita tidak memulai yang kita tuntut.
Maka, marilah kita meneladankan kasih-sayang yang sesungguhnya.  Bukankah
bahasa kasih-sayang itu demikian mudah?

Sahabat-sahabat milist yang berkasih-sayang,

Terima kasih yang dalam atas kesediaan Anda menerima tulisan di atas.  Semoga
dapat menemani kehangatan keluarga Anda di akhir pekan yang membahagiakan ini.

Senin, 12 Maret 2012

Pendapat mengenai Hakikat Manusia

Pada dasarnya manusia adalah makhluk Tuhan yang paling sempurna ,sebab apa yang dimiliki manusia tak dimiliki oleh setan maupun malaikat.
            Manusia akan menjalani kehidupan sejak sebelum lahir ,sekarang maupun setelah mati. Sebelum lahir manusia mengalami fase-fase pembentukan dari segumpal daging lalu menjadi manusia kecil. Saat lahir manusia akan menjalani kehidupan sebagai makhluk Tuhan yakni ,bersosialisasi dengan sesame manusia dan beribadah. Saat meninggal manusia akan menghadap ke sang Ilahi.
            Pendapat saya mengenai hakikat manusia yakni manusia makhluk yang memiliki tenaga untuk menggerakkan hidupnya demi memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Manusia makhluk rasional yang bertanggung jawab atas setiap perbuatannya. Makhluk yang mampu membawa dirinya kehal yang positif ,mampu menjaga atau mengontrol dirinya dan menentukan nasibnya. Diri yang terus berkembang dan terus berkembang tedak pernah selesai selama hidupnya. Individu yang suka melibatkan dirinya dalam usaha untuk mewujudkan dirinya sendiri ,orang lain maupun dunia agar lebih layak untuk ditempati. Individu yang memiliki potensi sangat besar. Jiwa yang memiliki sifat positif dan negative.

Nama       : Muhammad Ramadhansyah
Npm        : 54411931
Kelas       : 1ia07

Teori dan Artikel Hakikat Manusia

Teori Hakikat Manusia

Hakekat manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, diciptakan dalam bentuk paling sempurna. Manusia adalah makhluk spiritual yang akan menjalani fase-fase peristiwa kehidupan baik sebelum lahir, sekarang maupun setelah mati.
Kalimat diatas mungkin terlalu filosofis, namun sebenarnya merupakan istilah sederhana yang bisa dipahami. Spiritual merupakan aspek non fisik yang mampu memberikan kekuatan manusia untuk lebih dari sekedar hidup. Bukti akan hakekat manusia sebagai makhluk spiritual mungkin dapat ditunjukkan dengan beberapa contoh berikut.
images.jpegKetika menjalani hidup sehari-hari, manusia tidak selamanya dalam kondisi bahagia. Namun kadang mengalami musibah, nikmat, susah, senang, sedih bahkan terkadang merasakan kesuksesan diluar rencana.Semuanya itu datang silih berganti seperti sudah ada keteraturan. Inilah salah satu nuansa spiritual yang ada pada manusia.
Dalam hal rasa, manusia mempunyai interpretasi berbeda-beda tentang apa yang dirasakan hati. Perasan senang, susah, enak ataupun nggak enak merupakan fenomena hati yang sudah biasa terjadi. Tukang becak yang tiduran di halte kadang lebih pulas daripada pengusaha yang tidur di hotel berbintang. Orang miskin yang pandai bersyukur akan lebih kaya dari konglomerat yang gila dunia. Semuanya tergantung dari bagaimana seseorang menyikapi apa yang dialaminya.
Perasaan manusia tidak mutlak adanya. Jika ia merasakan sesuatu pasti ia merasakan hal lain yang paradoks dengan apa yang ia rasakan. Sehingga dapat dikatakan bahwa senang yang sebenar-benarnya senang itu tidak ada. Yang ada adalah senang yang diliputi susah ataupun susah yang diliputi senang. Sebagai contoh kalau kita berjuang memajukan merpati putih, yang kita rasakan adalah susah karena capek memikirkan, bertindak, beinovasi. Namun dibalik kesusahan itu ada perasaan bangga dan gembira melihat apa yang telah kita perjuangkan.
Pada dasarnnya ada tiga aspek pokok dalam diri manusia yaitu fisik, mental dan spiritual. Aspek fisik merupakan segala hal yang dapat dirasakan oleh panca indra manusia. Aspek mental yang membedakan manusia dengan dengan makhluk lain. Dengan adanya mental manusia dapat berfikir, mempertimbangkan dan mengambil keputusan untuk suatu permasalahan. Sedangkan spiritual dapat diibaratkan sebagai navigator kehidupan. Dia yang akan memberikan warna dan arah dari kehidupan yang dijalani manusia.


Artikel Hakikat Manusia

images1.jpegDidalam filsafat kontemporer secara hakiki terpusat pada pribadi manusia. Boleh jadi, tanpa situasi historis kita tidak bisa memahami apa dan esensi diri yang sebenarnya. Al Qur'an membuka pintu dunia baru, tentang kesadaran diri secara berurutan sampai kepada kesadaran yang universal. Ungkapan ini tidak terikat oleh suatu aliran tertentu. Saat dimana muncul ketikan dihadapkan persoalan manusia terdorong untuk memikirkan eksistensi. Dimana keberadaannya bagaikan terlempar begitu saja. "Aku" yang kehilangan arah, berpaling dari dirinya sendiri, ia mawas diri dan menyelidiki dirinya. Demikianlah suatu motif yang mula-mula bersifat historis dan psikologis berubah menjadi suatu pertanyaan filosofis yang mendesak: "Siapakah aku ini? Dengan kegembiraan dan harapanku? Apakah tujuan hidup ini? Apakah artinya? Mengapa aku bereksistensi? Dan bukannya tidak bereksistensi?"
Mengemukakan masalah mengenai pribadi dalam ungkapan-ungkapan tersebut, berarti mengemukakan masalah kebebasan, masalah tanggung jawab. Hal ini membawa kita kepada penelitian mengenai dasar dari asal usul. Baik dari sisi kebebasan maupun dari sisi tanggung jawab. Hal tersebut akhirnya memunculkan masalah ketuhanan. Apakah Allah itu masuk dalam definisi manusia atau tidak? Apakah eksistensi manusia itu bersifat teosentris ataupun antroposentris? Partisipasi ataupun cukup dalam dirinya sendiri? Ada apakah dengan pernyataan ulama populer "man arafa nafsahu faqad arafa rabbahu?" (barang siapa tahu akan dirinya, maka ia tahu akan Tuhannya).
Dalam arti yang sebenarnya, kata "eksistensi" berarti data kosmis, sejauh manusia yang terlibat secara aktif di dalamnya. Hubungan erat antara masalah manusia dan masalah ketuhanan, terlihat baik pada mereka yang mengingkari Allah maupun pada mereka yang mengikuti-Nya. Kecenderungan tersebut pada dasarnya merupakan naluri manusia yang tidak bisa dipungkiri dan merupakan fitrah manusia.
Mengatakan bahwa setiap pribadi memiliki naluri religiusitas dalam pengertian apapun, baik yang sejati maupun yang palsu. Sebenarnya adalah sama dengan mengatakan bahwa setiap pribadi memiliki naluri untuk berkepercayaan. Dalam tinjauan antropologi budaya, Naluri itu muncul berbarengan dengan hasrat memperoleh kejelasan tentang hidup ini sendiri dan alam sekitar yang menjadi lingkungan hidup itu. Karena itu setiap orang dan masyarakat pasti mempunyai keinsafan tertentu tentang apa yang dianggap "pusat" atau "sentral" dalam hidup seperti dikatakan oleh Mircea Elidae:
"Setiap orang cenderung, meskipun tanpa disadari mengarah kepusat dan menuju pusat sendiri, dimana ia akan menemukan hakekat yang utuh yaitu rasa kesucian. Keinginan yang begitu mendalam berakar dalam diri manusia untuk menemukan dirinya pada inti wujud hakiki itu di pusat alam, tempat komunikasi dengan langit --menjelaskan penggunaan dimana akan ungkapan pusat alam semesta"
Disini kita akan mencoba menelusuri secara beruntun dari dasar sekali. Al Qur'an menyebutkan dalam Surat Adz Dzariat 21:"Dan juga pada dirimu, maka apakah kamu tiada memperhatikan"
Juga dalam surat Al Hijir 28-29:"Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya dan telah meniupkan ke dalamnya Ruh (cipataan)Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud". (QS Al Hijir 28-29).
Dalam kerangka ini kita mengambil garis yang jelas dari peristiwa kejadian manusia, dimana para makhluk baik itu setan maupun malaikat mempertanyakan kebijakan Allah yang akan menciptakan manusia, yang menurut pandangan malaikat "manusia" adalah makhluk yang selalu membuat keonaran dan pertumbahan darah (QS Al Baqarah 30). Tidak kalah sengitnya setan memprotes keberadaan manusia yang dipandang rendah, yang hanya diciptakan dari unsur tanah, sambil membanggakan dirinya yang dibuat dari api.
Dalam keadaan ini para malaikat gigit jari dan begitu terheran-heran: rahasia macam apa ini? Bumi yang hina-dina dipanggil kehadirat Zat yang maha tak terjangkau dengan segenap kehormatan dan kemuliaan ini.
Kelembutan illahi dan kebijakan Tuhan berbisik lembut ke dalam relung rahasia dan misteri malaikat,
"Aku tahu apa yang tidak kalian ketahui" (QS:2:30).
Raga manusia termasuk kedalam derajat terendah, sementara ruh manusia termasuk ke dalam derajat tertinggi. Hikmah yang terkandung dalam hal ini ialah bahwa manusia mesti mengemban beban amanat pengetahuan tentang Allah. Karena itu mereka harus mempunyai kekuatan dalam kedua dunia ini untuk mencapai kesempurnaan. Sebab tidak sesuatupun di dunia ini yang memiliki kekuatan yang mampu mengemban beban amanat. Mereka mempunyai kekuatan ini melalui esensi sifat-sifatnya (sifat-sifat ruhnya), bukan melalui raganya.
Karena ruh manusia berkaitan dengan derajat tertinggi dari yang tinggi, tidak satupun di dunia ruh yang menyamai kekuatannya, entah itu malaikat maupun setan sekalipun atau segala sesuatu lainnya. Demikian pula, jiwa manusia berkaitan dengan derajat yang paling rendah, sehingga tidak sesuatupun di dunia jiwa bisa mempunyai kekuatannya, entah itu hewan dan binatang buas atau yang lainnya. Ketika mengaduk dan mengolah tanah, semua sifat hewan dan binatang buas, semua sifat setan, tumbuh-tumbuhan dan benda-benda mati diaktualisasikan. Hanya saja, tanah itu dipilih untuk mengejawantahkan sifat "dua tangan-Ku". Karena masing-masing sifat tercela ini hanyalah sekedar kulit luarnya saja, di dalam setiap sifat itu ada mutiara dan permata berupa sifat illahi.
Penjelasan diatas merupakan urutan ungkapan mengenai hakekat diri yang sebenarnya, dimana manusia sebagai makhluk yang sangat lemah dan hina disisi lain dinobatkan sebagai "khalifah" (wakil Allah). Bertugas mengatur alam semesta dan merupakan wakil Allah untuk menjadi saksi-Nya serta mengungkapkan rahasia-rahasia firman-Nya. Para mahkluk yang lain tidak melihat ada dimensi yang tidak bisa dijangkau olehnya, ia hanya mampu melihat pada tingkat yang paling rendah dalam diri manusia. Sementara ia terhijab oleh ketinggian derajat manusia yang berasal dari tiupan illahi (QS Al Hijir 28-29).
Ungkapan hakikat manusia mengacu kepada kecenderungan tertentu secara berurutan dalam memahami manusia. Hakikat mengandung makna sesuatu yang tetap, tidak berubah-ubah. Yaitu identitas esensial yang menyebabkan sesuatu menjadi dirinya sendiri.
Al Ghazaly yang hidup pada abad pertengahan tidak terlepas dari kecenderungan umum pada zamannya dalam memandang manusia. Didalam buku buku filsafatnya ia mengatakan bahwa manusia mempunyai identitas esensial yang tetap, tidak berubah-ubah yaitu An nafs (jiwanya). Yang dimaksud an nafs adalah substansi yang berdiri sendiri, tidak bertempat dan merupakan tempat pengetahuan intelektual (al makulat) yang berasal dari alam malakut atau alam amr. Ini menunjukkkan esensi manusia bukan fisiknya dan bukan fungsi fisik. Sebab fisik adalah sesuatu yang mempunyai tempat. Dan fungsi fisik adalah sesuatu yang tidak berdiri sendiri. Keberadaannya tergantung kepada fisik. Alam al amr atau alam malakut adalah realitas diluar jangkauan indra dan imaginasi, tanpa tempat, arah dan ruang. Sebagai lawan dari alam al khalq atau alam mulk yaitu dunia tubuh dan aksiden-aksidennya esensi manusia, dengan demikian an nafs adalah substansi immaterial yang berdiri sendiri dan merupakan subyek yang mengetahui (Bashirah).
Untuk membuktikan adanya substansi immaterial yang disebut an nafs, Al Ghazaly mengemukakan beberapa argumen. Persoalan kenabian, ganjaran perbuatan manusia dan seluruh berita tentang akhirat tidak ada artinya apabila an nafs tidak ada, sebab seluruh ajaran agama hanya ditujukan kepada yang ada (al maujud) yang dapat memahaminya. Yang mempunyai kemampuan bukanlah fisik manusia sebab apabila fisik manusia mempunyai kemampuan memahami, objek-obyek fisik lainnya juga mesti mempunyai kemampuan memahami. Kenyataan tidak demikian. Argumen bersifat keagamaan ini , bagaimanapun tidak dapat meyakinkan orang yang ragu terhadap kenabian dan hari akhirat. Karena untuk mempercayai argumen ini orang terlebih dahulu harus percaya akan kenabian dan hari akhirat.
Selain itu Al Ghazaly juga mengemukakan pembuktian dengan kenyataan faktual dan kesederhanaan langsung, yang kelihatannya tidak berbeda dengan argumen-argumen yang dibuat oleh Ibnu Sina (wafat 1037) untuk tujuan yang sama, melalui pembuktian dengan kenyataan faktual. Al Ghazaly memperlihatkan bahwa; diantara makhluk-makhluk hidup terdapat perbedaan-perbedaan yang menunjukkan tingkat kemampuan masing-masing. Keistimewaan makhluk hidup dari benda mati adalah sifat geraknya. Benda mati mempunyai gerak monoton dan didasari oleh prinsip alam. Sedangkan tumbuhan makhluk hidup yang paling rendah tingkatannya, selain mempunyai gerak yang monoton, juga mempunyai kemampuan bergerak secara bervariasi. Prinsip tersebut disebut jiwa vegetatif. Jenis hewan mempunyai prinsip yang lebih tinggi dari pada tumbuh-tumbuhan, yang menyebabkan hewan, selain kemampuan bisa bergerak bervariasi juga mempunyai rasa. Prinsip ini disebut jiwa sensitif. Dalam kenyataan manusia juga mempunyai kelebihan dari hewan. Manusia selain mempunyai kelebihan dari hewan. Manusia juga mempunyai semua yang dimiliki jenis-jenis makhluk tersebut, disamping mampu berpikir dan serta mempunyai pilihan untuk berbuat dan untuk tidak berbuat. Ini berarti manusia mempunyai prinsip yang memungkinkan berpikir dan memilih. Prinsip ini disebut an nafs al insaniyyat. Prinsip inilah yang betul-betul membedakan manusia dari segala makhluk lainnya.
Argumen kesadaran langsung yang dikemukakan seorang manusia menghentikan segala aktivitas fisiknya1, sehingga ia berada dalam keadaan tenang dan hampa aktivitas. Ketika ia menghilangkan segala aktivitasnya, menurut Al Ghazaly, ada sesuatu yang tidak hilang di dalam dirinya yaitu "kesadaran" yakni kesadaran akan dirinya. Ia sadar bahwa ia ada. Bahkan ia sadar bahwa ia sadar. Pusat kesadaran itulah yang disebut an nafs al insaniyyat (diri sejati). Dikatakan dalam suatu tafsir shafwatu at tafasir karangan Prof. As Shabuny dalam surat Al Qiyamah ayat 14:
"akan tetapi di dalam diri manusia ada bashirah (yang tahu)."
Kata bashirah ini disebut sebagai yang tahu atas segala gerak manusia yang sekalipun sangat rahasia. Ia biasa menyebut diri (wujud)-nya adalah "Aku".
Wujud "Aku" yang memiliki sifat tahu yang memperhatikan dirinya atas perilaku hati, kegundahan, kebohongan, kecurangan, serta kebaikan. Ia tidak pernah bersekongkol dengan perasaan dan pikiran, ia jujur dan suci, sehingga manusia, setan dan jin tidak bisa menembus alam ini karena ia sangat dekat dengan Allah sekalipun manusia itu jahat dan kafir. Adalah pernyataan Allah atas pengangkatan sebagai wakil Allah, sehingga Allah menyebut tentang "Aku" ini sebagai ruh-Ku. Yang oleh As Shabuny sebagai penghormatan yang maha tinggi seperti penghormatan Allah terhadap Baitullah (rumah Allah).
Ketika itu yang disadari bukan fisik dan yang sadarpun bukan fisik. Kesadaran disini tidak melalui alat, tetapi bersifat langsung. Oleh karena itu subyek yang sadar itu jelas bukan fisik dan bukan fungsi fisik melainkan sesuatu substansi yang berbeda dengan fisik.
Mungkin juga dikatakan disini tidak bersifat langsung, tetapi melalui perantara, yaitu melalui perbuatanku. Dalam perbuatanku ada yang mendahului, yaitu kesadaran akan aku yang menjadi subyek perbuatan itu. Kesadaran disini bagaimanapun bersifat langsung dan terlepas dari aktivitas fisik. Dengan demikian subyek yang sadar, yang menjadi esensi manusia itu nyata ada dan merupakan substansi yang berbeda dengan fisik. Hal ini terbukti ketika manusia kehilangan aktivitas pada moment menjelang tidur. Sang "Aku" (kesadaran) mengetahui dengan sadar peristiwa yang dialami pada saat bermimpi. Begitupun Kehidupan keruhanian dalam mendasari kesadaran ihsan dengan menghentikan aktivitas fisik sebagai kendali sahwati, maka yang timbul adalah kesadaran diri yang mampu menembus alam malakut dan uluhiah. Dimana manusia mencapai puncak eksistensi yang sejati. Kesejatian inilah yang di tuntut oleh Allah dalam hal melakukan peribadatan, apakah puasa, zakat, dan shalat. Dengan konteks "ihklaskanlah peribadatanmu dengan tidak melakukan kesyirikan sedikitpun" (QS. Az Zumar 11 & 14). Aktivitas ruhani yang diajarkan oleh Allah adalah peribadatan saum yang mana manusia dalam sementara waktu diwajibkan mengendalikan emosinya dan aktivitas keinginan hawa nafsu selama satu bulan di bulan ramadhan. Selama satu bulan penuh menahan rasa dan keinginan ragawi, samar-samar akan terjadi proses transformasi kejiwaan yang tadinya emosional berubah menjadi ketenangan, dan fisik seolah tidak lagi menuruti keinginannya, sehingga sang fisik mengikuti kehendak-kehendak diri yang sejati. Maka oleh Allah dikatakan mereka itu telah mendapatkan karunia lailatul qadar, dimana ia mampu menembus seluruh semesta ruhani dan kembali sebagai manusia sejati dan fitrah. Keadaan Fitrah ini diungkap Al Qur'an, bahwa apabila telah terjadi fitrah pada diri manusia maka sesungguhnya fitrah itu sama dengan kehendak Allah (QS. 30:30):
"Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada Agama (Allah); (tetaplah) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui."
Dalam hal ini manusia tersebut mendapat karunia kepatuhan dan ketaqwaan seperti patuhnya alam semesta serta patuhnya tubuh manusia, dimana dimengerti bahwa tidak pernah dirinya merencanakan ada, kemudian kenapa aku ini laki-laki? Atau nafas ini mengalir keluar masuk tanpa aku kehendaki dan bisakah aku menangguhkan jangan keburu tua dulu. Hal ini merupakan renungan hakiki, kenapa pikiran ini tidak sepatuh alam dan tubuh yang diselimuti kekuasaan Allah. Ia begitu tampak jelas dalam gerakan dan keberadaan alam dan diri ini.
images2.jpegDengan argumen di atas bahwa an nafs berdiri sendiri dipertegas bahwa ia tidak bertempat, baik didalam badan maupun diluar badan. Karena an nafs bukan materi maka dengan sendirinya tidak mengambil ruang dan tidak mempunyai tempat. Sifat dasar an nafs tidak mengandung kemungkinan bertempat. Artinya pernyataan tempat tidak sesuai dihubungkan kepada an nafs, sebagaimana tidak sesuai sifat mengetahui atau tidak mengetahui diletakkan pada benda mati. Al Ghazaly tidak menerima pandangan bahwa an nafs berada di luar badan. Sebab an nafs dalam keadaan demikian, menurutnya tidak mungkin mengatur badan, tetapi kalau an nafs berada di dalam badan keberatan lain akan timbul. An nafs bertempat di dalam badan tidak terlepas dua kemungkinan, yaitu bertempat pada seluruh badan atau pada sebagiannya saja. Kalau bertempat pada seluruh badan, an nafs semestinya menyusut atau berpindah, jika sebagian anggauta tubuh manusia terpotong dan ini tidak mungkin.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa esensi atau hakikat manusia adalah substansi immaterial yang berdiri sendiri, bersifat illahi (berasal dari alam amr), tidak bertempat di dalam badan, bersifat sederhana, mempunyai kemampuan mengetahui dan menggerakkan badan, diciptakan (tidak kadim) dan bersifat kekal pada dirinya. Ia berusaha menunjukkan bahwa kesadaran jiwa dan sifat-sifat dasarnya tidak dapat diperoleh melalui akalnya saja, tetapi dengan akal dan sara' . Untuk itu selain kutipan ayat 29 surat Al Hijir di atas juga ayat-ayat yang lain yang menerangkan esensi manusia seperti surat Ali Imron 169:
"Jangan engkau sangka orang-orang yang terbunuh pada jalan Allah itu mati, mereka itu hidup dan diberi rezeki disisi Tuhan."
"Katakan jiwa itu dari amr Tuhanku." (QS. Al Isra 85).
Ayat yang pertama menunjukkan kekekalan jiwa dan ayat yang kedua untuk menunjukkan bahwa ia berasal dari dunia yang sangat dekat dengan Allah, alam amr.
Pembangkitan kesadaran akan diri, dikatakan para ulama kerohanian sebagai ajang mujahadah untuk menemukan kesejatian, dan dengan kesejatian itu pula manusia akan mencapai hakikat "diri" serta terbukanya kebenaran adanya Allah secara hakiki, yakni makrifatullah.
Periode pertengahan kejayaaan Islam di Jawa, berlangsung semaraknya hidup berkerohanian yang dipelopori para dai (wali songo) masa itu. Namun kita melihat kelebihan dan kekurangan metode yang diajarkan, masih banyak menyesuaikan budaya masyarakat kerohanian Hindu. Sehingga peribadatan yang masih tersisa sekarang kelihatan asimilasi peninggalan Hindu dan Budha. Akan tetapi kita melihat dengan jernih ajaran yang disampaikan oleh beliau dengan tetap memurnikan ketauhidan kita kepada Allah. Misalnya dalam mantra berbahasa Jawa, tentang perenungan hakiki manusia serta penyadaran dan pencarian kesejatian yang dikatakan dalam Al Qur'an sebagai "bashirah"(Aku yang mengetahui).
Bismillahirrahmanirrahim (dengan nama Allah yang maha pengasih dan penyayang). Melebu Allah. Metu Allah (masuknya nafas karena Allah ... keluarnya nafas karena Allah). Anekadaken urip iku Allah (yang mengadakan hidup itu Allah). Utek dunungno kodrate Allah (otak letakkan atas kodrat Allah). Ya Hu ... Allah Ya Hu ... Allah Ya Hu ... Allah (ya hu ... Allah ya hu ... Allah ya hu ... Allah). Nabi Muhammad iku utusane Allah (nabi Muhammad itu rasullullah).
Artinya: (perlu diketahui dalam membaca kalimat mantra ini diperlukan penghayatan dan pendalaman makna yang hakiki).
Masuk dan keluarnya nafas ini adalah kodrat Allah yang tidak bisa dicegah. Manusia hanya menerima dengan pasrah atas kekuasaan Allah yang meliputi nafas. Sehingga fikiran ini diajak patuh dan pasrah bersamaan dengan patuhnya nafas tanpa reserve (totalitas). Yang mengadakan hidup pada manusia (semesta) itu adalah Allah. Dimana seluruh makhluk, apakah itu binatang, manusia, tumbuhan serta bumi, matahari semuanya bergerak dinamis atas sifat hidup Allah (Al Hayyu). Otak adalah merupakan bentuk kekuasaan Allah atas manusia, yang mana manusia diwajibkan berfikir dan berkontemplasi untuk menyatakan sebagai wakil Allah (khalifah) maka dengan itu otak harus sesuai dengan kehendak-kehendak Allah (perintah Allah).
Wahai zat yang tidak sama dengan makhluknya.
Aku bersaksi bahwa nabi Muhammad itu rasulullah.
Disini kita melihat sejarah manusia ketika mensikapi atas dirinya dalam pencarian diri sejati secara universal. Al Qur'an telah memaparkan sebelum para pemikir barat memulai.

http://www.unjabisnis.net/hakekat-dan-teori-tentang-manusia.html
http://media.isnet.org/sufi/Opini/Hakikat1.html

Nama       : Muhammad Ramadhansyah
NPM        : 54411931
Kelas        : 1ia07